Skip to main content

wanita



gambar: http://melicha.blog.friendster.com/2008/11/model-jilbab-orang-yahudi/


wanita
saya melihat seorang wanita
tua
nan jelita
berleha leha di hadapan saya
semakin tua parasnya semakin jelita

dia terbuai dandanan yang mempesona
tapi itu bukan salahnya
merias wajah dengan eloknya

hanya saja perias yang semena mena
berkarya tanpa rasa
diatas wajah si wanita
tua
dan semakin tua
dia memang jelita
namun dia sungguh merana
dan tersiksa
dia semakin fana
dengan rias karya
yang membabi buta

dia wanita
tua yang merana
dan menderita
karena ulah rias seniman muda
yang tak paham karya
sungguh kasihan dia
wanita tua
yang semakin terpuruk tubuhnya

seniman muda semakin menggila
berkarya tanpa rasa
di wajah wanita tua

dia hanya bisa berdoa
kepada yang kuasa
ata selamat sejahtera
sembari menanti ajal yang akan datang menjemputnya
wanita tua
yang semakin renta

Comments

Ferfau said…
keren sob......
mantap...

eh ya..
blog km dpt award dr aku tuh...
liat di blog aku ya...
silahkan diambil...


makasih...
sastra radio said…
puisi manis, sketsa yg satire namun tepat. I like your post.
Zippy said…
Uh, mantap bro...
Menyentuh banget kata2'x...
Bukuin aja :D
sam said…
kalau wanita tua renta di 'mekap' lagi jadi kecentilan...he he he

mantaff
Angga Prawadika said…
Biar tua namun tetap menggoda, hehehe ... ^^

Popular posts from this blog

Dalam Renungan Di Perjalanan

Entah apakah aku mampu meraihmu Mungkin hanya sebuah semu belaka Bagai fatamorgana di padang pasir Meski aku berlari dan menyisir Tetap tak mampu aku meraihmu Hingga engkaupun menjadi jemu Melihat aku seakan tak tahu malu "Kenapa tidak kau usir saja aku?" Begitulah yang ada dalam benakku Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu Akankah kau tahu usahaku itu? Hingga kau luluh dan menghampuriku Ahh kurasa itu tidak mungkin Kau terlalu jauh Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu Tetap aku takan sampai padamu Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku Saat aku telah menua dan tak lagi mampu Meski untuk duduk dan menatapmu Dari peraduanku Yang tak mampu lagi menjangkaumu Atau bahkan memikirkanmu Meski hati masih berdetak untukmu Ini hanya akan jadi cerita pilu Bagiku untukmu Oh Tuhanku Hanya kau pengendali hatiku Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju Mungkin akan indah jika aku hanya men...

hujan

hujan bermain nada dalam dilema yang menggelora pada setiap asa yang mulai terbuka karena cita yang telah tiba di hadapan sang empunya cerita cerita cerita manusia yang menua jiwa dan raga seolah tak berdaya di dunia yang fana hujan bermain laga dengan dahaga rerumputan yang mulai terperdaya oleh hutan rimba yang membelenggunya dengan makna makna makna hidup yang terus merana oleh kisah perang saudara hujan bermain cinta dengan dua raga yang tak lagi percaya pada Dia sang maha daya atas segala isi dunia dunia dunia yang semakin hampa oleh ulah tangan manusia hujan menarikan berbagai gaya membuat takjub seluruh nyawa yang lelah dengan sandiwara sandiwara sandiwara para pendongeng yang telah musnah oleh kabut akademika hujan takan reda hanya dengan sebuah do'a palsu yang serupa hanya akan timbulkan badai derita yang akan membuat derita si empunya do'a do'a do'a orang terpaksa yang tak bisa menerima takdirNya hujan hujan hujan teruskan hujatan untuk para bajingan

Rapuh

Hidup seakan rapuh Ketika kita mulai terjatuh Bahkan memori pun lumpuh Hingga hasrat mulai meringkuh Disela-sela nafas yang mulai runtuh Oleh hati yang penuh angkuh Hanya mampu duduk untuk bersimpuh Dengan segenan darah yang mengalir di pembuluh Itulah roda yang harus ku tempuh Dengan segala peluh Tak pantas untuk berkeluh Meski hidup telah merapuh palembang, 20 Januari 2015