Skip to main content

pelacur bersidang

berlalu lalang
dengan balutan selendang
yang terbang
melayang
teriup angin kencang
di forum pelacur
yang bersidang
dengan para lelaki hidung belang
yang bersorak girang
bersama tumpukan uang
dia mengahakimi tubuh yang berhutang
seperti binatang
jalang
yang terlentang
dijalanan yang tak lagi tenang
menghitung setiap dosa yang datang
lupakan sakit di selangkang
yang penting uang
uang dan uang
yang akan merentang
batas dosa yang tertentang

oleh uang

Comments

sastra radio said…
..dia menghakimi tubuh yang berhutang..(hmm aku suka pada bagian itu. Puisi realitas yg dahsyat.
Semuanya uang..uang dan uang
mungkin saja
ntuk bayar hutang ..hutang dan hutang
atau memang
ntuk salurkan semua ...
naluri jalang...

nice poem
intdastrou said…
aihh.. makin bagus be kakanda kito nih. haha.


salam hangat, intdastrou
Bung Sigit said…
semoga aja bukan pengalaman pribadi ente nih sob...nice..imajinasi ente luas bgt..ane suka tuh
reni said…
Karena uang
semua orang teriak lantang
tak ada yang mau jadi pecundang
semua orang ingin menang
dan semua demi uang
yang akan ditumpuk di gudang

hehehe... ikutan nih ^_^
Joojo said…
@mas ivan,..tenq..
@Kabasaran..umm ia tuh naluri jalang bener bget....
@mi adinda int...tengq salam hangat balik..
@sigit jjiah pengalam pribadi???jgn pura pura deh..kmren kan kita breng2 ke lokasi...wkwkwkwk (kiddink bro)
@reni mm bleh monggo diaturi
Ivan Kavalera said…
Menurut pengamatan saya pribadi. Puisi2 Joni sangat terasa chemistrinya jika menulis puisi2 realitas sosial. Sungguh, metaforanya dapet!
ajir said…
muantafF sob..
blajar dimana sih bikin puisi??
Ansgarius said…
heboh bener bang joni. kalau saya disuruh nulis puisi susah.. hehe nggak bisa merangkai yang sepeti dibuat bang joni... mari terus berkarya...
Joojo said…
@mas ivan,,,,,thankz yah mas...smangadh nya hehehehe
@mas ajir..jjjiah blajar dr pengalaman hehehehehe..dr ucapan tmen2 yang kdg nyeleneh tapi dalem ......entahlah..kdg juga muncul gtu aja...
@mph and yaman comunnity...yups mary berkarya...orang punya spesifikasi sendri...mungkin anda mengatakan saya dapt feelnya klo nulis puisi, tapi klo nulis cerpen????hahaha aneh bget deh...
Hikmah San said…
mantap deh puisix!! Asli karangan sendiri yach?!! Wah salut deh ama u!!

Popular posts from this blog

Dalam Renungan Di Perjalanan

Entah apakah aku mampu meraihmu Mungkin hanya sebuah semu belaka Bagai fatamorgana di padang pasir Meski aku berlari dan menyisir Tetap tak mampu aku meraihmu Hingga engkaupun menjadi jemu Melihat aku seakan tak tahu malu "Kenapa tidak kau usir saja aku?" Begitulah yang ada dalam benakku Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu Akankah kau tahu usahaku itu? Hingga kau luluh dan menghampuriku Ahh kurasa itu tidak mungkin Kau terlalu jauh Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu Tetap aku takan sampai padamu Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku Saat aku telah menua dan tak lagi mampu Meski untuk duduk dan menatapmu Dari peraduanku Yang tak mampu lagi menjangkaumu Atau bahkan memikirkanmu Meski hati masih berdetak untukmu Ini hanya akan jadi cerita pilu Bagiku untukmu Oh Tuhanku Hanya kau pengendali hatiku Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju Mungkin akan indah jika aku hanya men

Berlari

Jarak kian tak bertepi Meski berlari dan tak mampu berhenti Mengejar mimpi atau hanya sekedar berlari Menjauhi kenangan yang menyakiti Jarak selalu menjadi duri Yang begitu sakit ketika tak terlampaui Antara cinta dan benci Hanya sebatas teka teki Sebuah kata menjadi begitu berarti Sebagai rambu-rambu informasi Saat hati tak mampu lagi memahami Apa yang sesungguhnya terjadi Berlari Berlarilah buat jarak itu bertepi Atau bahkan tidak perlu terjadi Jarak yang selalu menjadi duri Saat kau dan aku berdiri Pada ruang imajinasi yang tak terjangkau naluri Kekasih yang patah hati Palembang,13 Januari 2015

Rapuh

Hidup seakan rapuh Ketika kita mulai terjatuh Bahkan memori pun lumpuh Hingga hasrat mulai meringkuh Disela-sela nafas yang mulai runtuh Oleh hati yang penuh angkuh Hanya mampu duduk untuk bersimpuh Dengan segenan darah yang mengalir di pembuluh Itulah roda yang harus ku tempuh Dengan segala peluh Tak pantas untuk berkeluh Meski hidup telah merapuh palembang, 20 Januari 2015