Skip to main content

aku awam politik

batu batu muali berbisik
melihat aku yang terusik
oleh kamu yang teralu berisik
dengan janji janji yang mencekik

oh tuan yang gemar berpolitik
ijinkan aku bangkit dari ring yang mulai tengik
oleh kalian yang menjijik

oh tuan yang gemar betaktik
ijinkan aku berbalik
melirik
dia yang tak munafik

oh tuan yang gemar membidik
rakyat rakyat cilik
ijinkan aku menarik
tali yang mengikat ring politik
biar kalian terbalik
oleh janji yang mencekik

Comments

Bung Sigit said…
jadi nyontreng ga nih mas..
jangan lupa bawa alat penyontreng sendiri siapa tahu nti di TPS sudah habis..habis dibawa pulang para penconteng..macam aq...hehehe..
Joojo said…
@sigit...wah wah sudah donk kang nyontreng..btw ada ada aja...tuh masak spidol aja mpe dibawa balik...dikira souvenir kali ya...wkwkwkw
miwwa said…
x_x ga ngerti politik
Politik oh politik
knapa mencontreng harus dibilik
bukankah tidak ada yang melirik
jangan-jangan semua hanyalah intrik
wakakakakakakaka
sebuah puisi yang sungguh ekstrentrik
irwanbajang said…
saya golput deh..heheheha
saya belum pernah menyontreng maupun mencoblos sampai saat ini..
heheheh
gimana sih rasanya??
asik gak Bung?
Zippy said…
Wew, puisi'x sungguh menarik dan mengena banget...
Hheuw....
Zippy said…
Hmmm, puisi'x ngena banget deh...
Hheu...
Pintar nih bwt puisi :D
Joojo said…
@ mira...kita bkan orang yang pintar ntuk mengetahui segalanya itulah gunanya kebodohan..untuk dipelajari hingga kita bisa menjadi pntar
@kabasaran soultan hehehe...yah klo nyontrengnya di balik pasti bingung dong
@kang iwan....yah golput..enak ??emang ad rasanya??saya juga nggak tau ..tapi ada sedikit kepuasan dari pada hak pilih kita disalah gunakan orang brengsek....hehehe
@ zippy..maksih....kunjungan pedana nih..sring2 y heheheemang ada ang perdana tapi klo bisa jangan ada yang terakhir..okok bro..

Popular posts from this blog

Dalam Renungan Di Perjalanan

Entah apakah aku mampu meraihmu Mungkin hanya sebuah semu belaka Bagai fatamorgana di padang pasir Meski aku berlari dan menyisir Tetap tak mampu aku meraihmu Hingga engkaupun menjadi jemu Melihat aku seakan tak tahu malu "Kenapa tidak kau usir saja aku?" Begitulah yang ada dalam benakku Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu Akankah kau tahu usahaku itu? Hingga kau luluh dan menghampuriku Ahh kurasa itu tidak mungkin Kau terlalu jauh Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu Tetap aku takan sampai padamu Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku Saat aku telah menua dan tak lagi mampu Meski untuk duduk dan menatapmu Dari peraduanku Yang tak mampu lagi menjangkaumu Atau bahkan memikirkanmu Meski hati masih berdetak untukmu Ini hanya akan jadi cerita pilu Bagiku untukmu Oh Tuhanku Hanya kau pengendali hatiku Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju Mungkin akan indah jika aku hanya men

Berlari

Jarak kian tak bertepi Meski berlari dan tak mampu berhenti Mengejar mimpi atau hanya sekedar berlari Menjauhi kenangan yang menyakiti Jarak selalu menjadi duri Yang begitu sakit ketika tak terlampaui Antara cinta dan benci Hanya sebatas teka teki Sebuah kata menjadi begitu berarti Sebagai rambu-rambu informasi Saat hati tak mampu lagi memahami Apa yang sesungguhnya terjadi Berlari Berlarilah buat jarak itu bertepi Atau bahkan tidak perlu terjadi Jarak yang selalu menjadi duri Saat kau dan aku berdiri Pada ruang imajinasi yang tak terjangkau naluri Kekasih yang patah hati Palembang,13 Januari 2015

Rapuh

Hidup seakan rapuh Ketika kita mulai terjatuh Bahkan memori pun lumpuh Hingga hasrat mulai meringkuh Disela-sela nafas yang mulai runtuh Oleh hati yang penuh angkuh Hanya mampu duduk untuk bersimpuh Dengan segenan darah yang mengalir di pembuluh Itulah roda yang harus ku tempuh Dengan segala peluh Tak pantas untuk berkeluh Meski hidup telah merapuh palembang, 20 Januari 2015