Entah apakah aku mampu meraihmu
Mungkin hanya sebuah semu belaka
Bagai fatamorgana di padang pasir
Meski aku berlari dan menyisir
Tetap tak mampu aku meraihmu
Hingga engkaupun menjadi jemu
Melihat aku seakan tak tahu malu
"Kenapa tidak kau usir saja aku?"
Begitulah yang ada dalam benakku
Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu
Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu
Akankah kau tahu usahaku itu?
Hingga kau luluh dan menghampuriku
Ahh kurasa itu tidak mungkin
Kau terlalu jauh
Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu
Tetap aku takan sampai padamu
Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku
Saat aku telah menua dan tak lagi mampu
Meski untuk duduk dan menatapmu
Dari peraduanku
Yang tak mampu lagi menjangkaumu
Atau bahkan memikirkanmu
Meski hati masih berdetak untukmu
Ini hanya akan jadi cerita pilu
Bagiku untukmu
Oh Tuhanku
Hanya kau pengendali hatiku
Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju
Mungkin akan indah jika aku hanya menujuMu
Maka dari itu oh Tuhanku
Bimbinglah aku
Agar aku tak tersesat padah hati yang menjatuhkanku
Palembang, 28 Januari 2015
Mungkin hanya sebuah semu belaka
Bagai fatamorgana di padang pasir
Meski aku berlari dan menyisir
Tetap tak mampu aku meraihmu
Hingga engkaupun menjadi jemu
Melihat aku seakan tak tahu malu
"Kenapa tidak kau usir saja aku?"
Begitulah yang ada dalam benakku
Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu
Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu
Akankah kau tahu usahaku itu?
Hingga kau luluh dan menghampuriku
Ahh kurasa itu tidak mungkin
Kau terlalu jauh
Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu
Tetap aku takan sampai padamu
Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku
Saat aku telah menua dan tak lagi mampu
Meski untuk duduk dan menatapmu
Dari peraduanku
Yang tak mampu lagi menjangkaumu
Atau bahkan memikirkanmu
Meski hati masih berdetak untukmu
Ini hanya akan jadi cerita pilu
Bagiku untukmu
Oh Tuhanku
Hanya kau pengendali hatiku
Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju
Mungkin akan indah jika aku hanya menujuMu
Maka dari itu oh Tuhanku
Bimbinglah aku
Agar aku tak tersesat padah hati yang menjatuhkanku
Palembang, 28 Januari 2015
Comments
tapi alangkah baiknya kita sama2.. meneguhkan diri, bahwa kesemuanya ada hikmahnya, di mana ada kesusahan.. di situ ada dua kemudahan..dan tentunya tidak berputus asa dari rahmatNya..aamiin
Wah, di Palembang ya ternyata. :)
mendamba cinta pd bayang2 semu, hanya bikin ngilu.
sedangkan Yang abadi
selamanya
hanyalah Satu :)
sambil melangkah sambil merenung,...
sagat menarik deh puisinya bos...