Skip to main content

Dalam Renungan Di Perjalanan

Entah apakah aku mampu meraihmu
Mungkin hanya sebuah semu belaka
Bagai fatamorgana di padang pasir
Meski aku berlari dan menyisir
Tetap tak mampu aku meraihmu
Hingga engkaupun menjadi jemu
Melihat aku seakan tak tahu malu
"Kenapa tidak kau usir saja aku?"
Begitulah yang ada dalam benakku
Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu
Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu
Akankah kau tahu usahaku itu?
Hingga kau luluh dan menghampuriku
Ahh kurasa itu tidak mungkin
Kau terlalu jauh
Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu
Tetap aku takan sampai padamu

Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku
Saat aku telah menua dan tak lagi mampu
Meski untuk duduk dan menatapmu
Dari peraduanku
Yang tak mampu lagi menjangkaumu
Atau bahkan memikirkanmu
Meski hati masih berdetak untukmu
Ini hanya akan jadi cerita pilu
Bagiku untukmu
Oh Tuhanku
Hanya kau pengendali hatiku

Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju
Mungkin akan indah jika aku hanya menujuMu
Maka dari itu oh Tuhanku
Bimbinglah aku
Agar aku tak tersesat padah hati yang menjatuhkanku

Palembang, 28 Januari 2015

Comments

MANG YONO said…
Keren puisinya sob... sambil melangkah sambil merenung
IQROZEN said…
Hati kalo sedang merenung di perjalanan ya gan hehe
rangkaian kata yang indah :)
Aldino Sya said…
puisinya penuh makna tersendiri ya Mas..!,

tapi alangkah baiknya kita sama2.. meneguhkan diri, bahwa kesemuanya ada hikmahnya, di mana ada kesusahan.. di situ ada dua kemudahan..dan tentunya tidak berputus asa dari rahmatNya..aamiin
Yanto cungkup said…
sungguh indah goresan tintanya mas
Yanto cungkup said…
sungguh indah goresan puisinya mas
Kapan2 boleh di bikinin puisi juga ya mas :)
Fenita said…
Menyentuh, makin sendu deh suasanan pagi ini. :)

Wah, di Palembang ya ternyata. :)
Unknown said…
Hidup memang sangat indah walau didalamnya penuh dengan dinamika dan romantika kehidupan. Banyak kenangan yang tidak akan terlupakan sepanjang hayat ini. Terima kasih Tuhan telah memberikan yang terbaik bagi kita.
Herdoni Wahyono said…
Dunia penuh dengan romantika kehidupan. Ada tawa, tangis, haru, dan bahagia. Banyak kenangan yang tak terlupakan dalam hidup hidup. Bahagia selalu untuk hari-hari yang amat indah ini. Salam cemerlang!
Fazri said…
Puisi tentang perjalanan hidup ya mas, kalau memang jodoh, tidak akan lari jauh kok...
Mang Lembu said…
jangan terlalu banyak merenung didalam melakukan perjalanan, nanti tijalikeuh...kang.:-)
fiu s said…
wah ,,,, asli sy paling nyerah eh klo soal puisi ...ehehehe
kalau niatnya ngga lurus, ya ngga kesampaian mas walau ngearnya 1000 tahun
wah alus pisan uy puisina, siganamah pujangga ieu teh :D
Mus Jono said…
waduh usia saja ga nyampai seratus tahun harus mengejar seribu tahun mending menyandarkan hati pada Tuhan semata pasti ga akan kecewa dan di buat merana
Cinta Teknologi said…
Busettt kerenn ini kang puisinya jadi kaku mau komen apa :v salam kenal aja yahh gan
dear anies said…
saya beri double thumbs up!!!
alkatro said…
adem benerr.. cakep !

mendamba cinta pd bayang2 semu, hanya bikin ngilu.
sedangkan Yang abadi
selamanya
hanyalah Satu :)
Keren puisinya bos...
sambil melangkah sambil merenung,...
sagat menarik deh puisinya bos...

Popular posts from this blog

Berlari

Jarak kian tak bertepi Meski berlari dan tak mampu berhenti Mengejar mimpi atau hanya sekedar berlari Menjauhi kenangan yang menyakiti Jarak selalu menjadi duri Yang begitu sakit ketika tak terlampaui Antara cinta dan benci Hanya sebatas teka teki Sebuah kata menjadi begitu berarti Sebagai rambu-rambu informasi Saat hati tak mampu lagi memahami Apa yang sesungguhnya terjadi Berlari Berlarilah buat jarak itu bertepi Atau bahkan tidak perlu terjadi Jarak yang selalu menjadi duri Saat kau dan aku berdiri Pada ruang imajinasi yang tak terjangkau naluri Kekasih yang patah hati Palembang,13 Januari 2015

Rapuh

Hidup seakan rapuh Ketika kita mulai terjatuh Bahkan memori pun lumpuh Hingga hasrat mulai meringkuh Disela-sela nafas yang mulai runtuh Oleh hati yang penuh angkuh Hanya mampu duduk untuk bersimpuh Dengan segenan darah yang mengalir di pembuluh Itulah roda yang harus ku tempuh Dengan segala peluh Tak pantas untuk berkeluh Meski hidup telah merapuh palembang, 20 Januari 2015