Skip to main content

tentang mereka

aku melihat mereka
birbicara
menuang kata kata
diantara waktu yang terbuka

aku mendengar mereka berbincang bincang
buatku tercengang
dengan apa yang menantang
untuk ku ikut bertandang
diantara mereka yang masih bergadang

diantara detik detik malam
aku masih bersama mereka yang semakin tenggelam
dalam
sedalam makna yang tertuang

mereka terus berbincang
dan sedikit tenang
saat rasa mulai datang
semakin tenang
mencernakan maksud dan tujuan
dari topik yang ikut berbincang

berbincang tentang arti persahabatan
yang selalu menjadi perdebatan
sungguh alot bak persidangan
persahabtan yang kian terpacang
diantara tiang tinag kehidupan

di tiang mana dia akan terpasang?
tunjukanlah dengan cahaya hatimu yang benderang

*untuk kamu yang bimbamg

Comments

Zippy said…
Pertamax, haha...
Ternyata gak hanya di FB, di posting disini juga rupa'x :D
Wow .... sebuah ajakan yang sedikit menantang ... " tunjukanlah dengan cahaya hatimu yang benderang ".

nice poem
mydewiku said…
pertama yah...ikutan demam pertamaxxxxxx ah...siapa nih yang lagi bimbang...mikiran apa? semoga dapat jalan keluar yang terbaik...jadi ga bimbang lagi...sukses terus..yah
PHIRDOTE said…
Mendengar berfikir tentang orang
Berdiam bicara befikir tenang
Bahkan tajam diasah belakang parang
Persahabatan setia elak curang

:)
LavENDer Wind said…
jika ragu dengan perbincangan yang membinggungkan
leraikan diri dari ikatan
persoalan yang panjang tiada jawapan
bukan cerita yang menyenangkan ...

***salam singgah
setiakasih said…
andai bisa aku menulis sajak sebagus kamu..
Ansgarius said…
puisi yang bagus bro.. pingin bikin puisi tapi susah merangkai katanya..
Paviliun Ferdi said…
ini yg km tag ke fb aku itu kan?!
bagus lho, bro...
akhirannya sama...
kok bs seh??!
ajarin aku donk....
eha said…
bertandang menikmati puisi persahabatan untuk menutup hari ini
ajir said…
sore pujangga :D
puisi bagus sob, lanjutkan!!!
irwanbajang said…
saya suka puisi ini..sebuah ajakan yang disajikan cerdas dan benderang. Apa khabar kawan Jhoni?
masih aktif menulis puisi
:D
JT said…
puisinya bagus2. elegan
setiap bc di sini banyak makna yang bisa di bw pulang.

Popular posts from this blog

Dalam Renungan Di Perjalanan

Entah apakah aku mampu meraihmu Mungkin hanya sebuah semu belaka Bagai fatamorgana di padang pasir Meski aku berlari dan menyisir Tetap tak mampu aku meraihmu Hingga engkaupun menjadi jemu Melihat aku seakan tak tahu malu "Kenapa tidak kau usir saja aku?" Begitulah yang ada dalam benakku Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu Akankah kau tahu usahaku itu? Hingga kau luluh dan menghampuriku Ahh kurasa itu tidak mungkin Kau terlalu jauh Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu Tetap aku takan sampai padamu Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku Saat aku telah menua dan tak lagi mampu Meski untuk duduk dan menatapmu Dari peraduanku Yang tak mampu lagi menjangkaumu Atau bahkan memikirkanmu Meski hati masih berdetak untukmu Ini hanya akan jadi cerita pilu Bagiku untukmu Oh Tuhanku Hanya kau pengendali hatiku Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju Mungkin akan indah jika aku hanya men

Berlari

Jarak kian tak bertepi Meski berlari dan tak mampu berhenti Mengejar mimpi atau hanya sekedar berlari Menjauhi kenangan yang menyakiti Jarak selalu menjadi duri Yang begitu sakit ketika tak terlampaui Antara cinta dan benci Hanya sebatas teka teki Sebuah kata menjadi begitu berarti Sebagai rambu-rambu informasi Saat hati tak mampu lagi memahami Apa yang sesungguhnya terjadi Berlari Berlarilah buat jarak itu bertepi Atau bahkan tidak perlu terjadi Jarak yang selalu menjadi duri Saat kau dan aku berdiri Pada ruang imajinasi yang tak terjangkau naluri Kekasih yang patah hati Palembang,13 Januari 2015

Rapuh

Hidup seakan rapuh Ketika kita mulai terjatuh Bahkan memori pun lumpuh Hingga hasrat mulai meringkuh Disela-sela nafas yang mulai runtuh Oleh hati yang penuh angkuh Hanya mampu duduk untuk bersimpuh Dengan segenan darah yang mengalir di pembuluh Itulah roda yang harus ku tempuh Dengan segala peluh Tak pantas untuk berkeluh Meski hidup telah merapuh palembang, 20 Januari 2015