Skip to main content

surat

secarik kertas buram terperangkap diantara jemariku
menanti luluhnya hatiku yang semakin membeku
tersirat sedikit niat untuk membuka belenggu
yang bernaung diantara ragu ragu
yang semakin ambigu
antara dungu dan biru

segores tinta menembus jantungku
ketika aku mulai memburu
makna makna yang bermutu
yang ia tuliskan khusus untukku

luluhkan aku dalam kebekuan yang kaku
pulihkan aliran darahku
yang sempat terbuntu
oleh batu batu cemburu

padamu
yang sungguh mencintaiku

seketika hatiku mendung olehmu
tumbuhkan sesal yang remukan hidupku
terlalu sesat untuk menggapaimu

tunjukan aku pada simpang jalanmu
yang terus aku tuju
meskipun tak ada peta dalam genggamku
hanya secarik kertas yang terus terbelenggu
dalam jemariku
yang semakin kaku

Comments

Zippy said…
Hheuw, sapa tuh yg dicinta? Hehehe...
Terus kejar sampai dapet bro,,, =D
Jangan pernah merasa ragu
Apalagi ambigu
Mintakan maafnya dengan sungguh
semua kesalahfahaman pasti berlalu.


nice poem
irwanbajang said…
beruntung sekali jika saya mendapat kiriman kertas itu..
hmmm..
saya sudah kemabali ke kehidupan semuala Bung Joni!!
:D apa khabar??
ivan kavalera said…
yakinlah, peta itu akan segera terhampar di hadapanmu, kawan. puisi ciamik di bulan ramadhan nih..
ajir said…
mantrab sobat!!!
eNeS said…
Sungguh aku termangu
membaca puisi yang penuh haru biru
dengan kosakata u yang melulu
akupun menjadi bisu bagai batu

Salam sobot.
Tepangan oge ah Sastra Culun. Kita berpujanggaria, hehe...
Gevin said…
kerennya,,jadi inget pelajaran b.ind,,
kalo pas aku sma dah tau blog ini,bisa copas pas maju puisi nih..haha ^^V
hmm ...nice puisi.thank kunjungannya ya.
Kisah cinta bertepuk sebelah tangankah ini?
Rendra said…
puisi yang keren sob..keep posting
genial said…
maju terus kang pantang mundur sebelum janur kuning melengkung sampe patah-patahhhh!!! semangaaaaaaadhh!!!
NURA said…
salam sobat
siip banget puisinya
surat cinta ,,yaa..sobat?
tris ya,,sdh berkunjung di sana.
JT said…
sipps buangets sob, elegan. lidh aye pe kelu ni
wah....ada temen nih yang bisa bagi2 puisi...
jadi pengen nulis juga nih...
dapat ilham dari mana bro...kok bisa sendu begini....
reni said…
Wah... mantap puisinya...
Tapi kok sedih begitu ya..??
wah bang joni orangnya puitis bener.... maw jadi sastrawan tulen yah?
sifa said…
wah, dalem banget bro
terharu bacanya ...

salam kenal
sifa
HumorBendol said…
Jujur Bendol kagak ngerti tentang puisi. Tapi, kayaknya puisi ini dalem banget. Nulis seakan-2 dari lubuk hati yang paling dalam
hehe....
marsudiyanto said…
hidup makin indah setelah baca surat dari Mas Joni...
narti said…
puisi buat istri tersayang?
keren.....
an4k`SinGKonG said…
pinter amiiiiiiiiiiiiirrr bang puisinya....buatin satu duunk...hehehehe
HumorBendol said…
Numpang baca puisinya bro.....
Yudie said…
puisinya mantab bro... :)

Popular posts from this blog

Dalam Renungan Di Perjalanan

Entah apakah aku mampu meraihmu Mungkin hanya sebuah semu belaka Bagai fatamorgana di padang pasir Meski aku berlari dan menyisir Tetap tak mampu aku meraihmu Hingga engkaupun menjadi jemu Melihat aku seakan tak tahu malu "Kenapa tidak kau usir saja aku?" Begitulah yang ada dalam benakku Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu Akankah kau tahu usahaku itu? Hingga kau luluh dan menghampuriku Ahh kurasa itu tidak mungkin Kau terlalu jauh Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu Tetap aku takan sampai padamu Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku Saat aku telah menua dan tak lagi mampu Meski untuk duduk dan menatapmu Dari peraduanku Yang tak mampu lagi menjangkaumu Atau bahkan memikirkanmu Meski hati masih berdetak untukmu Ini hanya akan jadi cerita pilu Bagiku untukmu Oh Tuhanku Hanya kau pengendali hatiku Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju Mungkin akan indah jika aku hanya men

Berlari

Jarak kian tak bertepi Meski berlari dan tak mampu berhenti Mengejar mimpi atau hanya sekedar berlari Menjauhi kenangan yang menyakiti Jarak selalu menjadi duri Yang begitu sakit ketika tak terlampaui Antara cinta dan benci Hanya sebatas teka teki Sebuah kata menjadi begitu berarti Sebagai rambu-rambu informasi Saat hati tak mampu lagi memahami Apa yang sesungguhnya terjadi Berlari Berlarilah buat jarak itu bertepi Atau bahkan tidak perlu terjadi Jarak yang selalu menjadi duri Saat kau dan aku berdiri Pada ruang imajinasi yang tak terjangkau naluri Kekasih yang patah hati Palembang,13 Januari 2015

Rapuh

Hidup seakan rapuh Ketika kita mulai terjatuh Bahkan memori pun lumpuh Hingga hasrat mulai meringkuh Disela-sela nafas yang mulai runtuh Oleh hati yang penuh angkuh Hanya mampu duduk untuk bersimpuh Dengan segenan darah yang mengalir di pembuluh Itulah roda yang harus ku tempuh Dengan segala peluh Tak pantas untuk berkeluh Meski hidup telah merapuh palembang, 20 Januari 2015