Skip to main content

jalang

berjalan melihat jalanan yang tenang
dengan kaki telanjang
berharap jauh dari malang
hinggapkan pada satu awang
yang tegantung di hati jalang
yang hendak menentang
aturan yang tercentang
dalam ruang yang memanjang

dasar
si manusia jalang
yang tak pernah menang
selalu datang
hancurkan nuansa tenang

dasar manusia jalang
baiknya kau terkubur malang
jauhkan dengan kami yang tak mengundang
kau manusia jalang

liar memandang
hiruk pikuk yang mengumandang
rusakan cita yang terpancang
jadikannya terkenang

dasar kau jalang
mampus kau dalam guncang
jauh jauh kau dari kami yang tenang

Comments

Ivan Kavalera said…
memuntahkan lahar kata. pas banget, metafora yg satire. Jujur saya tambah kagum nih dg puisi2nya Joni.
ajir said…
bagus sob..
penuh emosi puisinya,
kayaknya pengalaman pribadi ya?? :D
irwan bajang said…
kayaknya asik banget bermain rima Bung!
hehehehe
hmmm..
baru OL lagi..bahagia rasanya bisa berkunjung ke rumah banyak teman2

Popular posts from this blog

Dalam Renungan Di Perjalanan

Entah apakah aku mampu meraihmu Mungkin hanya sebuah semu belaka Bagai fatamorgana di padang pasir Meski aku berlari dan menyisir Tetap tak mampu aku meraihmu Hingga engkaupun menjadi jemu Melihat aku seakan tak tahu malu "Kenapa tidak kau usir saja aku?" Begitulah yang ada dalam benakku Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu Akankah kau tahu usahaku itu? Hingga kau luluh dan menghampuriku Ahh kurasa itu tidak mungkin Kau terlalu jauh Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu Tetap aku takan sampai padamu Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku Saat aku telah menua dan tak lagi mampu Meski untuk duduk dan menatapmu Dari peraduanku Yang tak mampu lagi menjangkaumu Atau bahkan memikirkanmu Meski hati masih berdetak untukmu Ini hanya akan jadi cerita pilu Bagiku untukmu Oh Tuhanku Hanya kau pengendali hatiku Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju Mungkin akan indah jika aku hanya men...

Rapuh

Hidup seakan rapuh Ketika kita mulai terjatuh Bahkan memori pun lumpuh Hingga hasrat mulai meringkuh Disela-sela nafas yang mulai runtuh Oleh hati yang penuh angkuh Hanya mampu duduk untuk bersimpuh Dengan segenan darah yang mengalir di pembuluh Itulah roda yang harus ku tempuh Dengan segala peluh Tak pantas untuk berkeluh Meski hidup telah merapuh palembang, 20 Januari 2015

tentang mereka

aku melihat mereka birbicara menuang kata kata diantara waktu yang terbuka aku mendengar mereka berbincang bincang buatku tercengang dengan apa yang menantang untuk ku ikut bertandang diantara mereka yang masih bergadang diantara detik detik malam aku masih bersama mereka yang semakin tenggelam dalam sedalam makna yang tertuang mereka terus berbincang dan sedikit tenang saat rasa mulai datang semakin tenang mencernakan maksud dan tujuan dari topik yang ikut berbincang berbincang tentang arti persahabatan yang selalu menjadi perdebatan sungguh alot bak persidangan persahabtan yang kian terpacang diantara tiang tinag kehidupan di tiang mana dia akan terpasang? tunjukanlah dengan cahaya hatimu yang benderang *untuk kamu yang bimbamg