Skip to main content

Angle

Angle

Mati….
M-A-T-I….
Ma-Ti…
Mat-I….
M-Ati….
Berkali kali aku memecah kata mati, membacanya dengan berbagai intonasi.
Mencari “angle” yang pas untuk mengenal kata mati.
Eits… tunggu dulu apa aku tadi mengatakan kata ‘mengenal’??
Mungkin iya….
Mengenal
M-E-N-G-E-N-A-L
Me-Nge-Nal
Menge-Nal
Meng-Enal
Kembali aku mencari angle yang pas untuk kata baru itu.
Sepertinya asing dan kurang pas dengan kata ‘MATI’
Mengenal mati
M-E-N-G-E-N-A-L M-A-T-I….
Me-Nge-Nal Ma-Ti…
Menge-Nal Mat-I….
Meng-Enal M-Ati….
Agh rasanya kurang pas.
Memangnya mati itu subjek?
Atau objek?
Mati itu bukan subjek!
Juga bukan Objek!
Apa aku salah?
Rasanya benar!
Benar-Salah
Salah-Benar…
Huff…lagi-lagi kata yang membuatku bingung datang….
Datang???atau muncul???
Angle??
Dari tadi aku selalu mencari angle, angle, dan angle…
Padahal aku bukan seorang fotografer yang ingin mencari objek jepretan…
Ahh….apa aku bodoh???
Tidak, aku pintar….
Pintar atau bodoh ya???
Bodoh atau pintar ya???
Kalau aku bodoh, tidak mungkin aku tahu kalau “angle” itu istilah dalam fotografi…
Bahkan aku bisa menjelaskannya secara rinci
“Angle adalah sudut pengambilan foto dalam dunia fotografi”
Tapi kalau aku pintar kenapa aku memasangkan angle pada sebuah kata? Yang aku juga tidak tahu apakah kata itu objek, atau sebatas susunan huruf yang menyimpan sebuah arti atau bahkan lebih dari sebuah????
Angle,….,
Aku mulai berpikir keras apa sebenarnya yang sedang mengaburkan sebuah makna, sebuah kata, sebuah ungkapan, sebuah cerita….dan sebuah sebuah lainnya yang sebenarnya lebih dari sebuah..
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
(maaf aku tidak sedang tidur loh…tapi aku sedang berfikir)
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
Hmmmmmm….
(masih berfikir ….)
Hmmmmmm….
(ini tidak sedang berpikir, tapi mau memulai sebuah cerita panjang yang mungkin akan membuat kamu bosan, atau malah sebaliknya?)




Mati….
M-A-T-I….
Ma-Ti…
Mat-I….
M-Ati….

Mengenal
M-E-N-G-E-N-A-L
Me-Nge-Nal
Menge-Nal
Meng-Enal

M-E-N-G-E-N-A-L M-A-T-I….
Me-Nge-Nal Ma-Ti…
Menge-Nal Mat-I….
Meng-Enal M-Ati….

Subjek atau objek
Benar atau salah
Pintar atau bodoh
Pas atau tidak pas
Iya atau tidak

Bla bla bla….
(maksudnya pasangan lawan kata yang lain….terlalu banyak pasangan lawan kata dan berbagai ejaan atau kata kata yang mempunyai arti atau mempunyai makna atau tidak memiliki keduanya atau memliki keduanya atau apapun itu yang berupa ungkapan berupa tulisan berupa ucapan yang sebenarnya juga berawal dari tulisan yang dilafalkan yang sudah diciptakan atau dibuat, yang aku sendiri juga tidak tahu siapa yang menciptakannya, yang membuatnya, yang melafalkannya terlebih dahulu)


Subjek atau objek
Benar atau salah
Pintar atau bodoh
Iya atau tidak
Pas atau tidak pas

Semua kembali pada sebuah titik dimana kita berdiri dan melihatnya.
Dimana titik itu tidak akan pernah sama dengan titik titik lain yang dimiliki oleh orang lain.
Yang ditempatai oleh orang lain.
Titik titik yang berupa segumpal.
Yang terhubung oleh jejaringan saraf dan terpusat pada sebuah sudut.
Kecil, halus namun diciptakan dengan begitu sempurna.
Begitu vital.
Begitu lunak tapi berkekuatan luar biasa.
Dengan titik yang berada dalam sebuah gumpalan itu manusia mampu merancang bom atom yang mampu meluluh lantahkan hirosima dan Nagasaki.
Dengan titik yang berada dalam sebuah gumpalan itu manusia mampu meluluh lantahkan hati lawan jenisnya.
Dengan titik yang berada dalam sebuah gumpalan itu manusia mampu meluluh lantahkan pendapat yang bertempur dengan ego masing masing.
Dan masih banyak lagi kehebatan titik itu.
Termasuk menentukan

Subjek atau objek
Benar atau salah
Pintar atau bodoh
Iya atau tidak
Pas atau tidak pas

Sebuah titik.
Titik sudut.
Sudut pandang.
Yang tercipta dari pencitraan pikiran manusia yang mampu menyusun atau bahkan menghancurkan semuanya.
Seperti jawaban untuk pertnyaan ini.
“Apakah menurut kamu mengkonsumsi opium itu boleh atau tidak boleh, haram atau halal?”

Kalau kamu bilang ‘boleh’ dengan alasan dengan ijin dokter, dengan resep dokter, untuk membantu terapi penyembuhan orang orang stress yang susah tidur, sebgai obat penenang.
Maka Aku bilang ‘tidak boleh’ karena mengkonsumsi opium dalam bentuk apapun dan dalam jumlah apapun dan dengan syarat apapun tetap saja akan merusak tubuh membuat ketergantungan dan blab la bla(pokoknya tidak boleh’)

Kalau kamu bilang ‘tidak boleh’ karena mengkonsumsi opium dalam bentuk apapun dan dalam jumlah apapun dan dengan syarat apapun tetap saja akan merusak tubuh membuat ketergantungan dan blab la bla(pokoknya tidak boleh’)
Maka aku bilang ‘boleh’ dengan alasan dengan ijin dokter, dengan resep dokter, untuk membantu terapi penyembuhan orang orang stress yang susah tidur, sebgai obat penenang.

Kalau kamu bilang ‘halal’, karena opium membawa manfaat bagi penyembuhan, dan segala sesuatu yang membawa ‘faedah’ itu diperbolehkan dalam agama.
Maka aku bilang ‘haram’ karena dalam ajaran agama segala hal yang haram tidak akan bisa membawa kesembuhan.

Kalau kamu bilang ‘haram’ karena dalam ajaran agama segala hal yang haram tidak akan bisa membawa kesembuhan.
Maka aku bilang ‘halal’, karena opium membawa manfaat bagi penyembuhan, dan segala sesuatu yang membawa ‘faedah’ itu diperbolehkan dalam agama.

Kok bisa ya?
Pertanyaan bagus (menurut “akau,” aku atau kau)
Semuanya tergantung kepada titik terhebat itu
Sebuah titik.
Titik sudut.
Sudut pandang.
Yang mengimplementasikan segala sesuatu pertanyaan, dan jawaban serta akna makna yang ada.
Tergantung pada kita yang memiliki titik itu.
Sebuah titik.
Titik sudut.
Sudut pandang.
Apakah kita akan berdiri sebagai oportunis yang selalu melangkah kepada apa yang kita anggap menguntungkan.
Sebagai seorang realistis, yang melangkah dengan berbagai keyakinan terhadap fakta fakta yang sebenarnya kita tidak tahu apakah itu layak disebut sebagai fakta yang kuat untuk dijadikan alasan kebenaran.
Atau religius yang berpihak pada penerangan Tuhan.
Hanya kita secara individual yang mampu mejawabnya…..

Comments

Popular posts from this blog

Dalam Renungan Di Perjalanan

Entah apakah aku mampu meraihmu Mungkin hanya sebuah semu belaka Bagai fatamorgana di padang pasir Meski aku berlari dan menyisir Tetap tak mampu aku meraihmu Hingga engkaupun menjadi jemu Melihat aku seakan tak tahu malu "Kenapa tidak kau usir saja aku?" Begitulah yang ada dalam benakku Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu Akankah kau tahu usahaku itu? Hingga kau luluh dan menghampuriku Ahh kurasa itu tidak mungkin Kau terlalu jauh Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu Tetap aku takan sampai padamu Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku Saat aku telah menua dan tak lagi mampu Meski untuk duduk dan menatapmu Dari peraduanku Yang tak mampu lagi menjangkaumu Atau bahkan memikirkanmu Meski hati masih berdetak untukmu Ini hanya akan jadi cerita pilu Bagiku untukmu Oh Tuhanku Hanya kau pengendali hatiku Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju Mungkin akan indah jika aku hanya men

Berlari

Jarak kian tak bertepi Meski berlari dan tak mampu berhenti Mengejar mimpi atau hanya sekedar berlari Menjauhi kenangan yang menyakiti Jarak selalu menjadi duri Yang begitu sakit ketika tak terlampaui Antara cinta dan benci Hanya sebatas teka teki Sebuah kata menjadi begitu berarti Sebagai rambu-rambu informasi Saat hati tak mampu lagi memahami Apa yang sesungguhnya terjadi Berlari Berlarilah buat jarak itu bertepi Atau bahkan tidak perlu terjadi Jarak yang selalu menjadi duri Saat kau dan aku berdiri Pada ruang imajinasi yang tak terjangkau naluri Kekasih yang patah hati Palembang,13 Januari 2015

Rapuh

Hidup seakan rapuh Ketika kita mulai terjatuh Bahkan memori pun lumpuh Hingga hasrat mulai meringkuh Disela-sela nafas yang mulai runtuh Oleh hati yang penuh angkuh Hanya mampu duduk untuk bersimpuh Dengan segenan darah yang mengalir di pembuluh Itulah roda yang harus ku tempuh Dengan segala peluh Tak pantas untuk berkeluh Meski hidup telah merapuh palembang, 20 Januari 2015