Skip to main content

????

Kubiarkan sejenak kau bermesraan bersama mereka
Agar kita bisa lebih dekat
Dan kembalilah ketika kau membutuhkanku
pergila menjauh saat kau merasa jenuh
Hingga tiba maanya dimana kau dan aku kan bersama
Dalam keadaan saling membutuhkan

Comments

wah ini filosofi pertemua adalah awala dari perpisahan bang Joni
Busyeeettt... 8 bulan lamanya baru kau update posting blog ini...

http://www.seputargresik.co.cc/
Bidina_ali said…
nice..nice... menjauh bukan utk jauh, tp menjauh utk dekat. Itulah nalar cinta, bukan nalar rasional...

Popular posts from this blog

Dalam Renungan Di Perjalanan

Entah apakah aku mampu meraihmu Mungkin hanya sebuah semu belaka Bagai fatamorgana di padang pasir Meski aku berlari dan menyisir Tetap tak mampu aku meraihmu Hingga engkaupun menjadi jemu Melihat aku seakan tak tahu malu "Kenapa tidak kau usir saja aku?" Begitulah yang ada dalam benakku Tapi aku tak mampu mengatakanya padamu Karena sesungguhnya aku masih berharap padamu Akankah kau tahu usahaku itu? Hingga kau luluh dan menghampuriku Ahh kurasa itu tidak mungkin Kau terlalu jauh Bahkan seribu tahun aku berlari mengejarmu Tetap aku takan sampai padamu Mungkin hanya waktu yang mampu menyadarkanku Saat aku telah menua dan tak lagi mampu Meski untuk duduk dan menatapmu Dari peraduanku Yang tak mampu lagi menjangkaumu Atau bahkan memikirkanmu Meski hati masih berdetak untukmu Ini hanya akan jadi cerita pilu Bagiku untukmu Oh Tuhanku Hanya kau pengendali hatiku Bahkan aku tak mampu memilih hati mana untuk ku tuju Mungkin akan indah jika aku hanya men...

malam

malam terlihat kelam tanpa bintang dan bulan yang temaram malam dalam gelap malam tersembunyi sejuta rahasia, malam malam aku menyapa malam dengan kata kata yang tak kalah kelam dengan malam yang semakin kelam malam aku bercinta dengan malam dengan kelam yang terus terbenam malam bersama malam aku tenggelam

pelacur bersidang

berlalu lalang dengan balutan selendang yang terbang melayang teriup angin kencang di forum pelacur yang bersidang dengan para lelaki hidung belang yang bersorak girang bersama tumpukan uang dia mengahakimi tubuh yang berhutang seperti binatang jalang yang terlentang dijalanan yang tak lagi tenang menghitung setiap dosa yang datang lupakan sakit di selangkang yang penting uang uang dan uang yang akan merentang batas dosa yang tertentang oleh uang